Senin, 28 November 2011

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL

                                                                   Pre-eklampsia
2.1.1                                                                     Pengertian
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Manuaba, 1998).
Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala eklampsia datang dengan meKembali ke daftar entrindadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklampsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan preventif (Manuaba, 1998).
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma (Mochtar, Rustam, 1998)
7
 
Preeklampsia adalah komplikasi serius trimester kedua-ketiga, dengan gejala klinis, seperti : edema hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum-intrapartum-pascapartus (Manuaba, 2001).
Pre-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria serta edema (World Health Oragnization, 2002).
Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel (Cunningham, 2006).
Sedangkan menurut Kurniawati.D, Mirzanie H Pre-eklampsia adalah kelainan spesifik pada kehamilan, yang ditandai dengan terjadinya hipertensi dan proteinuria setelah usia kehamilan 20 minggu.
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Prawirohardjo. S, 2007).
Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan, disebut preeklampsia dan eklampsia. Ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan terjadinya pembengkakan (oedema), proteinuria (terdapat protein dalam air seni) ketika kehamilan memasuki usia 20 minggu ke atas (Junaidi, Iskandar, 2010).
2.1.2                                                                     Etiologi
Menurut Prawirohardjo (2007) apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan.  Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal – hal berikut :
1.                                                       Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa.
2.                                                       Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3.                                                       Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.                                                       Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan – kehamilan berikutnya.
5.                                                       Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia ialah iskemia placenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Diantara faktor – faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
2.1.3                                                                     Akibat Preeklampsia Pada Ibu dan Janin
Akibat dari preeklampsia sangat besar pengaruhnya pada ibu maupun janin. Pada kondisi preeklampsia pada wanita hamil, berkurangnya aliran darah ke plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, lahir prematur, atau janin meninggal dalam kandungan. Selain itu plasenta dapat lepas sebelum waktunya. Yang lebih ekstrim adalah terjadi eklampsia, yaitu preeklampsia yang disertai kejang. Keadaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan organ seperti hati, ginjal, dan otak, yang berakhir dengan kematian.
Sementara preeklampsia pada wanita hamil akan menyebabkan janin yang dikandung hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematur), biru saat dilahirkan dan sebagainya. (Cah ayoe poenya, http://cahayoupoenyablog.blogspot.com/2009/03/preeklampsia-salah-satu-penyebab.html)
2.1.4                                                                     Faktor Predisposisi
Menurut Desi. K dan Hanifah . M (2009), wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia biala mempunyai faktor-faktor predisposing sebagai berikut :
2.1.4.1  Nulipara, primipara dan multipara
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.
Hubungan antara paritas dengan pre-eklampsia adalah faktor risiko yang berkaitan dengan timbulnya pre-eklampsia. Menurut Winkjosastro, H (2007) frekuensinya lebih tinggi pada primipara daripada multipara.
Insiden pre-eklampsia sangat dipengaruhi oleh paritas, karena berkaitan dengan ras dan  etnik. Insiden gangguan hipertensi akibat kehamilan pada wanita nullipara sehat diteliti secara cermat dalam sebuah uji klinis (Hauth dkk,2000), dari 4302 wanita nullipara yang melahirkan pada usia gestasi 20 minggu atau lebih, seperempatnya mengalami hipertensi yang terkait kehamilan. Dari semua nullipara, pre-eklampsia didiagnosis pada 7,6 % dan penyakit yang berat.
Menurut Manuaba (2007) secara internasional kejadian hipertensi dapat diperkirakan sebagai berikut.
1.   Primigravida sekitar 7 – 12 %
Makin meningkat pada :
a. Hamil ganda
b.      Hidramnion / hamil dengan DM
c. Kehamilan Mola Hidatidosa
2.  Pada kehamilan multigravida 5 ½ - 8 %
2.1.4.2  Kehamilan ganda
Wanita dengan gestasi kembar dua, bila dibandingkan dengan gestasinya tunggal, memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13% banding 6%) dan pre-eklampsia (13% banding 5%) yang secara bermakna lebih tinggi (Cunningham, 2006).
Selain itu, wanita dengan kehamilan ganda dan hipertensi akibat kehamilan memperlihatkan prognosis neonates yang lebih buruk daripada mereka dengan janin tunggal (Cunningham, 2006).
2.1.4.3  Usia < 20 atau > 35 th
Usia yang rentan terkena preeklamsia adalah usia < 18 atau > 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (1998), pada usia < 18 tahun, keadaan alat reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan. Hal ini akan meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan dalam bentuk preeklamsia dan eklamsia.
Sedangkan pada usia 35 tahun atau lebih, rentan terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi, dan eklamsia. Hal ini disebabkan karena tenjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu, hal ini juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sehingga pada usia 35 tahun atau lebih dapat cenderung meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia(ayurai, 2009).
2.1.4.4  Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
2.1.4.5  Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
Menurut Manuaba (2007) pre-eklampsia ada kemungkinan diturunkan, khususnya pada kehamilan pertamam karena terjadi pre-eklampsia pada anak perempuan lebih tinggi, dibandingkan dengan menantu wanita.
Sifat ”gen” resesif sama dengan teori gen resesif herediter. Pada kehamilan kedua pre-eklampsia dan eklampsia sedikit berulang, kecuali mendapat suami baru.
2.1.4.6  Penyakit hipertensi, ginjal dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan.
Salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi essensial.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah dalam arteri. Hipertensi merupakan penyakit yang umumnya tidak menunjukan gejala, atau bila ada, gejalanya tidak jelas, sehingga tekanan yang tinggi dalam arteri sering tidak dirasakan oleh penderita.ukuran tekanan darah (tensi) dinyatakan dengan dua angka ; angka yang di atas diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang di bawah diperoleh ketika jantung berileksasi (diastolik).
Hipertensi dapat muncul ke permukaan dalam bentuk hipertensi sistolik terisolasi, yaitu hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg, jadi tekanan distolik masih dalan kisaran normal. Dan ada juga hipertensi maligna, yaitu hipertensi yang sangat parah, karena tekanan darah berada di atas 210/120 mmHg sehingga bila tidak diobati akan menimbulkan kematian dalam waktu 3 hingga 6 bulan.
Menurut badan kesehatan dunia WHO (1999) hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar